TUGAS KIMIA DASAR II
KOLOID
DI SUSUN OLEH:
I DEWA M. KRESNA
09 313 161
KELAS B
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2012
KOLOID
Sistem koloid
adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan
suspense (campuran kasar). Sistem koloid perlu dipelajari karena berkaitan
dengan kehidupan kita sehari-hari. Cairan tubuh seperti darah, adalah sistem
koloid. Bahkan makanan seperti susu, keju, nasi dan roti adalah sistem koloid.
A. SISTEM KOLOID
1. Pengertian Sistem Koloid
Seperti telah disebutkan diatas,
koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara terlarut dan
suspense. Koloid merupakan sistem heterogen, di mana suatu zat “didispersikan”
ke dalam suatu media yang homogen. Ukuran zat yang didispersikan berkisar dari
satu nanometer (nm) sampai satu mikrometer.
Jika kita campurkan susu dengan air,
ternyata susu “larut” tapi “larutan” itu tidak bening melainkan keruh. Jika
didiamkan, campuran itu tidak memisah dan juga tidak dapat dipisahkan dengan
penyaringan. Secara makroskopis campuran ini tampak homogen. Akan tetapi, jika
diamati dengan mikroskop ultra ternyata masih dapat dibedakan partikel-partikel
lemak susu yang tersebar di dalam air. Campuran seperti inilah yang disebut
koloid. Jadi, koloid tergolong campuran heterogen dan merupakan sistem dua
fase. Zat yang didispersikan disebut face terdispersi, sedangkan medium yang
digunakan untuk mendispersi zat disebut medium disperse. Fase terdispersi
bersifat diskontinu, sedangkan medium disperse bersifat kontinu. Perbandingan
sifat antara larutan, koloid, dan suspense disimpulkan dalam tabel berikut ini.
Larutan
(Dispersi Molekuler)
|
Koloid
(Dispersi Koloid)
|
Suspensi
(Dispersi Kasar)
|
Contoh: Larutan
gula dalam air
|
Contoh: Campuran
susu dengan air
|
Contoh: Campuran
tepung terigu dengan air
|
1.
Homogen, tak dapat dibedakan walaupun
menggunakan mikroskop ultra
2.
Semua partikelnya berdimensi (panjang, lebar,
atau lebar) kurang dari 1 nm
3.
Satu fase
4.
Stabil
5.
Tidak dapat disaring
|
1.
Secara makroskopis bersifat homogen tetapi
heterogen jika diamati dengan mikroskop ultra
2.
Partikelnya berdimensi antara 1 nm – 100 nm
3.
Dua Fase
4.
Pada umumnya stabil
5.
Tidak dapat disaring kecuali dengan
penyaringan ultra
|
1.
Heterogen
2.
Salah satu atau semua dimensi partikelnya
lebih besar dari 100 nm
3.
Dua fase
4.
Tidak stabil
5.
Dapat disaring
|
2. Jenis-jenis Koloid
Penggolongan sistem koloid
didasarkan pada jenis fase terdispersi dan fase pendispersinya tersebut. Koloid
yang fase terdispersinya padat disebut sol.
Jadi, ada tiga jenis sol, yaitu sol padat (padat dalam padat), sol cair (padat
dalam cairan), dan sol gas (padat dalam gas). Istilah sol biasa digunakan untuk
menyatakan sol cair, sedangkan sol gas lebih dikenal sebagai aerosol (aerosol
padat). Koloid yang fase terdispersinya cair disebut emulsi. Emulsi juga ada tiga jenis, yaitu emulsi padat (cair dalam
padat), emulsi cair (cair dalam cair) dan emulsi gas (cair dalam gas). Istilah
emulsi biasa digunakan untuk menyatakan emulsi cair, sedangkan emulsi gas juga
dikenal dengan nama aerosol (aerosol cair). Koloid yang fase terdispersinya gas
disebut buih. Hanya ada dua jenis
buih, yaitu buih padat dan buih cair. Campuran antara gas dengan gas selalu
bersifat homogen, jadi merupakan larutan, bukan koloid. Dengan demikian, ada 8
jenis koloid, seperti yang tercantum pada Tabel berikut.
No.
|
Fase
Terdispersi
|
Fase
Pendispersi
|
Nama
|
Contoh
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
|
Padat
Padat
Padat
Cair
Cair
Cair
Gas
Gas
|
Gas
Cair
Padat
Gas
Cair
Padat
Cair
Padat
|
Aerosol
Sol
Sol
padat
Aerosol
Emulsi
Emulsi
Padat
Buih
Buih
Padat
|
Asap, debu di udara
Sol emas, sol
belerang, tinta, cat
Gelas berwarna,
intan hitam
Kabut, awan
Susu, santan
Jeli, mutiara
Buih sabun, krim
kocok
Karet busa,
stirofoam, batu apung
|
Parfum dan berbagai bahan semprot lainnya
dikemas sedemikian rupa, sehingga ketika digunakan membentuk aerosol
B. SIFAT-SIFAT KOLOID
1. Efek Tyndal
Penampilan sistem
koloid pada umumnya keruh, tetapi tidak selalu bagitu. Beberapa ‘larutan’
koloid tampak “bening” dan sukar dibedakan dari larutan sejati. Salah satu cara
yang sangat sederhana yaitu dengan menjatuhkan seberkas cahaya kepadanya.
Larutan sejati meneruskan cahaya (transparan), sedangkan koloid
menghamburkannya. Oleh karena itu, berkas cahaya yang melalui koloid dapat
diamati dari arah samping.
2.
Gerak
Brown
Jika
diamati dengan dengan mikroskop ultra, akan terlihat partikel koloid senantiasa
bergerak terus-menerus dengan gerak patah-patah (gerak zig-zag). Gerak zig-zag
partikel koloid ini disebut gerak Brown, sesuai dengan nama penemunya, Robert
Brown, seorang ahli biologi berkebangsaan Inggris. Gerak Brown terjadi
sebagai akibat tumbukan yang tidak seimbang dari molekul-molekul medium
terhadap partikel koloid. Dalam suspense tidak terjadi gerak Brown karena
ukuran partikel cukup besar, sehingga tumbukan yang dialaminya setimbang.
Partikel zat terlarut juga mengalami gerak Brown tetapi tidak dapat diamati.
3. Muatan Koloid
a a. Elektroforesis
Partikel koloid
dapat bergerak dalam medan listrik. Hal ini menunjukan bahwa partikel koloid
tersebut bermuatan. Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik ini disebut elektroforesis. Koloid bermuatan
negatif akan bergerak ke anode
(electrode positif) sedangkan koloid yang bermuatan positif bergerak ke katode (elekrode
negatif). Dengan demikian elektroforensis dapat digunakan untuk menentukan
jenis muatan koloid.
Sel
elektroforesis sederhana
b b. Adsorpsi
Partikel koloid
memiliki kemampuan menyerap berbagai macam zat pada permukaannya. Penyerapan
pada permukaan ini disebut adsorpsi. Muatan koloid terjadi karena adsorpsi
ion-ion tertentu. Sol Fe(OH)3 dalam air mengadopsi ion positif
sehingga bermuatan positif, sedangkan sol As2S3
mengadsorpsi ion negatif sehingga bermuatan negatif. Oleh karena bermuatan sejenis,
maka partikel-partikel koloid saling tolak-menolak sehingga terhindar dari pengelompokan
antar sesama partikel koloid itu.
4. Koagulasi
Telah disebutkan bahwa koloid distabilkan
oleh muatannya. Apabila muatan koloid dilucuti maka, maka kestabilannya akan
berkurang dan dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan. Pelucutan muatan
koloid dapat terjadi pada sel elektroforensis atau jika elektrolit ditambahkan
pada sistem koloid mencapai electrode.
Koagulasi koloid karena penambahan
elektrolit. Dalam hal ini, sol Fe(OH)3 ditetesi dengan (a) larutan
NaCl dan (b) larutan Na3PO4. Gambar menunjukan bahwa ion
yang bermuatan lebih besar tertarik lebih kuat, sehingga akan lebih evektif
untuk menggumpalkan sol Fe(OH)3 tersebut.
5. Koloid Pelindung
Pada beberapa proses, suatu koloid harus dipecahkan.
Misalkan, koagulasi lateks. Di lain pihak, koloid perlu dijaga supaya tidak
rusak. Suatu koloid dapat distabilkan dengan menambahkan koloid lain yang
disebut koloid pelindung. Koloid pelindung ini akan membungkus partikel zat
terdispersi, sehingga tidak dapat lagi mengelompok.
6. Dialisis
Pada pembuatan suatu koloid, seringkali terdapat
ion-io yang dapat mengganggu kestabilan koloid tersebut. Ion-ion pengganggu ini
dapat dihilangkan dengan suatu proses yang disebut dialisis.
7. Koloid Liofil dan Liofob
Koloid yang medium dispersinya cair dibedakan atas
koloid liofil dan koloid liofob. Suatu koloid disebut koloid liofil apabila terdapat
gaya tarik-menarik yang cukup besar antara zat terdispersi dengan mediumnya.
Liofil berarti suka cairan. Sebaliknya, suatu koloid disebut koloid liofob jika
gaya tarik-menarik tersebut tidak ada atau sangat lemah. Liofob berarti takut
cairan. Jika medium dispersinya yang dipakai adalah air, maka kedua jenis
koloid di atas masing-masing disebut koloid hidrofil dan koloid hidrofob.
C. Pembuatan Sistem Koloid
Dua cara pembuatan
koloid, dispersi dan kondensasi
a a.
Cara
Kondensasi
Dengan cara
kondensasi, partikel larutan sejati bergabung menjadi partikel koloid. Cara ini
dapat dilakukan melalui reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks, reaksi
hidrolisis, dan reaksi dekomposisi rangkap, atau dengan reaksi pergantian
pelarut.
b b.
Cara
Dispersi
Dengan cara
disperse, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat
dilakukan secara mekanik, peptisasi, atau dengan loncatan bunga listrik
Pembuatan
sol logam dengan busur Bredig
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/koloid-dan-sistem-dispersi/
(Diakses: Senin, 2 April 2012 pukul 02.00 WITA)
http://virouz007.wordpress.com/2010/05/11/522/kalung-mutiara/
(Diakses: Senin, 2 April 2012 pukul 02.00 WITA)
http://en.wikipedia.org/wiki/File:Aerosol.png
(Diakses: Senin, 2 April 2012 pukul 02.00 WITA)
http://krishanindita.blogspot.com/
(Diakses: Senin, 2 April 2012 pukul 02.00 WITA)
http://prajaputra.blogspot.com/2011/08/sistem-koloid.html
(Diakses: Senin, 2 April 2012 pukul 02.00 WITA)
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Dewi%20Kharisma%20Windani%200606627/page%206.html
(Diakses: Senin, 2 April 2012 pukul 02.00 WITA)
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Citra%20060150/sifat2.html
(Diakses: Senin, 2 April 2012 pukul 02.00 WITA)
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007/fitriani%20ratnasari%20dewi%20(044642)/KOAGULASIjadi.html
(Diakses: Senin, 2 April 2012 pukul 02.00 WITA)
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007/fitriani%20ratnasari%20dewi%20(044642)/dialisi%20jadijadi.html
(Diakses: Senin, 2 April 2012 pukul 02.00 WITA)
http://paramita-chemistry.blogspot.com/2010/10/pembuatan-koloid-dengan-bahan-disekitar.html
(Diakses: Senin, 2 April 2012 pukul 02.00 WITA)
Purba, Michael. 2006. KIMIA
untuk SMA Kelas XI 2. Jakarta: Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa di follow and coment ya Gan ... :)