Jumat, 06 April 2012

KOLOID


TUGAS KIMIA DASAR II
KOLOID



 DI SUSUN OLEH:
I DEWA M. KRESNA
09 313 161
KELAS B


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2012



KOLOID

Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspense (campuran kasar). Sistem koloid perlu dipelajari karena berkaitan dengan kehidupan kita sehari-hari. Cairan tubuh seperti darah, adalah sistem koloid. Bahkan makanan seperti susu, keju, nasi dan roti adalah sistem koloid.

A.      SISTEM KOLOID
1.       Pengertian Sistem Koloid
Seperti telah disebutkan diatas, koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara terlarut dan suspense. Koloid merupakan sistem heterogen, di mana suatu zat “didispersikan” ke dalam suatu media yang homogen. Ukuran zat yang didispersikan berkisar dari satu nanometer (nm) sampai satu mikrometer.
Jika kita campurkan susu dengan air, ternyata susu “larut” tapi “larutan” itu tidak bening melainkan keruh. Jika didiamkan, campuran itu tidak memisah dan juga tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan. Secara makroskopis campuran ini tampak homogen. Akan tetapi, jika diamati dengan mikroskop ultra ternyata masih dapat dibedakan partikel-partikel lemak susu yang tersebar di dalam air. Campuran seperti inilah yang disebut koloid. Jadi, koloid tergolong campuran heterogen dan merupakan sistem dua fase. Zat yang didispersikan disebut face terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersi zat disebut medium disperse. Fase terdispersi bersifat diskontinu, sedangkan medium disperse bersifat kontinu. Perbandingan sifat antara larutan, koloid, dan suspense disimpulkan dalam tabel berikut ini.
  
Larutan
(Dispersi Molekuler)
Koloid
(Dispersi Koloid)
Suspensi
(Dispersi Kasar)
Contoh: Larutan gula dalam air
Contoh: Campuran susu dengan air
Contoh: Campuran tepung terigu dengan air
1.       Homogen, tak dapat dibedakan walaupun menggunakan mikroskop ultra
2.       Semua partikelnya berdimensi (panjang, lebar, atau lebar) kurang dari 1 nm
3.       Satu fase
4.       Stabil
5.       Tidak dapat disaring
1.       Secara makroskopis bersifat homogen tetapi heterogen jika diamati dengan mikroskop ultra
2.       Partikelnya berdimensi antara 1 nm – 100 nm


3.       Dua Fase
4.       Pada umumnya stabil
5.       Tidak dapat disaring kecuali dengan penyaringan ultra
1.       Heterogen



2.       Salah satu atau semua dimensi partikelnya lebih besar dari 100 nm

3.       Dua fase
4.       Tidak stabil
5.       Dapat disaring

2.       Jenis-jenis Koloid
Penggolongan sistem koloid didasarkan pada jenis fase terdispersi dan fase pendispersinya tersebut. Koloid yang fase terdispersinya padat disebut sol. Jadi, ada tiga jenis sol, yaitu sol padat (padat dalam padat), sol cair (padat dalam cairan), dan sol gas (padat dalam gas). Istilah sol biasa digunakan untuk menyatakan sol cair, sedangkan sol gas lebih dikenal sebagai aerosol (aerosol padat). Koloid yang fase terdispersinya cair disebut emulsi. Emulsi juga ada tiga jenis, yaitu emulsi padat (cair dalam padat), emulsi cair (cair dalam cair) dan emulsi gas (cair dalam gas). Istilah emulsi biasa digunakan untuk menyatakan emulsi cair, sedangkan emulsi gas juga dikenal dengan nama aerosol (aerosol cair). Koloid yang fase terdispersinya gas disebut buih. Hanya ada dua jenis buih, yaitu buih padat dan buih cair. Campuran antara gas dengan gas selalu bersifat homogen, jadi merupakan larutan, bukan koloid. Dengan demikian, ada 8 jenis koloid, seperti yang tercantum pada Tabel berikut.

No.
Fase
Terdispersi
Fase
Pendispersi
Nama
Contoh
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Padat
Padat
Padat
Cair
Cair
Cair
Gas
Gas
Gas
Cair
Padat
Gas
Cair
Padat
Cair
Padat
Aerosol
Sol
Sol padat
Aerosol
Emulsi
Emulsi Padat
Buih
Buih Padat
Asap, debu di udara
Sol emas, sol belerang, tinta, cat
Gelas berwarna, intan hitam
Kabut, awan
Susu, santan
Jeli, mutiara
Buih sabun, krim kocok
Karet busa, stirofoam, batu apung


Parfum dan berbagai bahan semprot lainnya dikemas sedemikian rupa, sehingga ketika digunakan membentuk aerosol


 Mutiara tergolong buih padat


B.      SIFAT-SIFAT KOLOID
1.       Efek Tyndal
Penampilan sistem koloid pada umumnya keruh, tetapi tidak selalu bagitu. Beberapa ‘larutan’ koloid tampak “bening” dan sukar dibedakan dari larutan sejati. Salah satu cara yang sangat sederhana yaitu dengan menjatuhkan seberkas cahaya kepadanya. Larutan sejati meneruskan cahaya (transparan), sedangkan koloid menghamburkannya. Oleh karena itu, berkas cahaya yang melalui koloid dapat diamati dari arah samping.


2.       Gerak Brown
        Jika diamati dengan dengan mikroskop ultra, akan terlihat partikel koloid senantiasa bergerak terus-menerus dengan gerak patah-patah (gerak zig-zag). Gerak zig-zag partikel koloid ini disebut gerak Brown, sesuai dengan nama penemunya, Robert Brown, seorang ahli biologi berkebangsaan Inggris. Gerak Brown terjadi sebagai akibat tumbukan yang tidak seimbang dari molekul-molekul medium terhadap partikel koloid. Dalam suspense tidak terjadi gerak Brown karena ukuran partikel cukup besar, sehingga tumbukan yang dialaminya setimbang. Partikel zat terlarut juga mengalami gerak Brown tetapi tidak dapat diamati.


3.       Muatan Koloid
a    a.       Elektroforesis
Partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik. Hal ini menunjukan bahwa partikel koloid tersebut bermuatan. Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik ini disebut elektroforesis. Koloid bermuatan negatif  akan bergerak ke anode (electrode positif) sedangkan koloid yang bermuatan positif bergerak ke katode (elekrode negatif). Dengan demikian elektroforensis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid.

                                                               Sel elektroforesis sederhana                              

  
b    b.      Adsorpsi
Partikel koloid memiliki kemampuan menyerap berbagai macam zat pada permukaannya. Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorpsi. Muatan koloid terjadi karena adsorpsi ion-ion tertentu. Sol Fe(OH)3 dalam air mengadopsi ion positif sehingga bermuatan positif, sedangkan sol As2S3 mengadsorpsi ion negatif sehingga bermuatan negatif. Oleh karena bermuatan sejenis, maka partikel-partikel koloid saling tolak-menolak sehingga terhindar dari pengelompokan antar sesama partikel koloid itu.

 
                                   
 Adsorbsi ion-ion menyebabkan partikel koloid bermuatan listrik.

4.       Koagulasi
Telah disebutkan bahwa koloid distabilkan oleh muatannya. Apabila muatan koloid dilucuti maka, maka kestabilannya akan berkurang dan dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan. Pelucutan muatan koloid dapat terjadi pada sel elektroforensis atau jika elektrolit ditambahkan pada sistem koloid mencapai electrode.


Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit. Dalam hal ini, sol Fe(OH)3 ditetesi dengan (a) larutan NaCl dan (b) larutan Na3PO4. Gambar menunjukan bahwa ion yang bermuatan lebih besar tertarik lebih kuat, sehingga akan lebih evektif untuk menggumpalkan sol Fe(OH)3 tersebut.

5.       Koloid Pelindung
Pada beberapa proses, suatu koloid harus dipecahkan. Misalkan, koagulasi lateks. Di lain pihak, koloid perlu dijaga supaya tidak rusak. Suatu koloid dapat distabilkan dengan menambahkan koloid lain yang disebut koloid pelindung. Koloid pelindung ini akan membungkus partikel zat terdispersi, sehingga tidak dapat lagi mengelompok.
  
6.       Dialisis
Pada pembuatan suatu koloid, seringkali terdapat ion-io yang dapat mengganggu kestabilan koloid tersebut. Ion-ion pengganggu ini dapat dihilangkan dengan suatu proses yang disebut dialisis.



7.       Koloid Liofil dan Liofob
Koloid yang medium dispersinya cair dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. Suatu koloid disebut koloid liofil apabila terdapat gaya tarik-menarik yang cukup besar antara zat terdispersi dengan mediumnya. Liofil berarti suka cairan. Sebaliknya, suatu koloid disebut koloid liofob jika gaya tarik-menarik tersebut tidak ada atau sangat lemah. Liofob berarti takut cairan. Jika medium dispersinya yang dipakai adalah air, maka kedua jenis koloid di atas masing-masing disebut koloid hidrofil dan koloid hidrofob.

C.      Pembuatan Sistem Koloid


Dua cara pembuatan koloid, dispersi dan kondensasi

a    a.       Cara Kondensasi
Dengan cara kondensasi, partikel larutan sejati bergabung menjadi partikel koloid. Cara ini dapat dilakukan melalui reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks, reaksi hidrolisis, dan reaksi dekomposisi rangkap, atau dengan reaksi pergantian pelarut.

b    b.      Cara Dispersi
Dengan cara disperse, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi, atau dengan loncatan bunga listrik

Pembuatan sol logam dengan busur Bredig



 DAFTAR PUSTAKA



http://virouz007.wordpress.com/2010/05/11/522/kalung-mutiara/ (Diakses: Senin, 2 April 2012 pukul 02.00 WITA)

http://en.wikipedia.org/wiki/File:Aerosol.png (Diakses: Senin, 2 April 2012 pukul 02.00 WITA)

http://krishanindita.blogspot.com/ (Diakses: Senin, 2 April 2012 pukul 02.00 WITA)

http://prajaputra.blogspot.com/2011/08/sistem-koloid.html (Diakses: Senin, 2 April 2012 pukul 02.00 WITA)






Purba, Michael. 2006. KIMIA untuk SMA Kelas XI 2. Jakarta: Erlangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa di follow and coment ya Gan ... :)