Minggu, 04 Maret 2012

PENGARUH AKTIVITAS MANUSIA TERHADAP PEMANASAN GLOBAL DAN DAMPAKNYA TERHADAP HIDROSFER BUMI KITA SERTA PENANGGULANGANNYA SECARA TEKNIS


ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

PENGARUH AKTIVITAS MANUSIA TERHADAP PEMANASAN GLOBAL DAN DAMPAKNYA TERHADAP HIDROSFER BUMI KITA
SERTA PENANGGULANGANNYA SECARA TEKNIS




NAMA-NAMA KELOMPOK:
I DEWA M. KRESNA
NOVEL N. POJOH



JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2012


PENDAHULUAN

Apa Itu Efek Rumah Kaca?
                Suhu atmosfer bumi pada saat ini terasa lebih panas dari sebelumnya. Para ahli klimatologi memperkirakan bahwa suhu atmosfer bumi telah naik rata-rata sebesar 0,5oC dari 100 tahun yang lalu. Bahkan berdasarkan pengamatan 30 tahun terakhir ini, kenaikan suhu rata-rata udara di seluruh dunia sebesar 2oC. Pada beberapa bagian belahan bumi ada yang kenaikan suhu rata-rata udaranya lebih besar dari 2 oC, misalnya Bandung mencapai hamper 4 oC, kota Jakarta mencapai hampir 5 oC. Kanada dan Amerika, khususnya di California, mencapai keadaan “sangat panas” yang menyebabkan kekeringan yang sangat dan kebakaran hutan. Kenaikan suhu rata-rata tersebut akan terus betambah bila tidak ada usaha pencegahan. Artinya, bencana benar-benar mengancam umat manusia! Bencana itu berupa dampak pemanasan global akibat efek rumah kaca. Jadi, untuk mengetahui apa saja dampak yang ditimbulkan dari pemanasan global, terlebih dahulu perlu dipahami pengertian efek rumah kaca.


Efek rumah kaca adalah peristiwa alamiah yang kejadiannya mirip dengan pantulan panas di dalam ruma kaca yang digunakan petani menanam sayuran pada musim dingin di negara yang mengenal 4 musim. Sinar matahari masuk kedalam rumah kaca untuk membantu proses asimilasi. Sisa panas dari matahari seharusnya dikeluarkan ke atmosfer. Akan tetapi, adanya bilik kaca dan atap kaca memantulkan kembali panas tersebut sehingga udara didalam bilik kaca (ruangan) tersebut naik dan menjadi hangat. Pantulan panas kembali ke ruangan, yang menjadikan suhu dalam ruangan hangat, disebut efek rumah kaca.
Lantas, bagaimana proses terjadi efek rumah kaca di bumi ini? Disekeliling terdapat lapisan “selimut” yang terbentuk karena adanya gas rumah kaca (GRK) dan partikel yang melayang-layang di atmosfer bumi. Sehingga bumi pun menjadi hangat. Gas rumah kaca inilah yang menjadi penyebab utama efek rumah kaca, sementara partikel yang melayang-layang di atmosfer bumi hanya memberikan kontribusi yang relative kecil terhadapnya.
Gas rumah kaca sendiri adalah gas yang timbul secara alamiah dan merupakan akibat kegiatan industri. Contoh gas rumah kaca (GRK) adalah CO2 (karbon dioksida), CH4 (metana), N2O (nitrogen oksida), CFC (chloro flouro karbon), HFC (hidro flouro karbon), PFC (perflouro karbon), SF6 (sulphur heksafluoro). Jika GRK terlepas ke atmosfer dan sampai ke ketinggian troposfer, akan terbentuk lapisan “selimut” atau “rumah kaca” yang mengungkung bumi. Adapun partikel yang melayang-layang di atmosfer bumi berasal dari letusan gunung berapi berupa debu “abu” vulkanik. Saat melayang-layang di atmosfer bumi sebelum kemudian jatuh ke bumi, debu “abu” vulkanik tersebut berlaku sebagai lapisan selimut yang mengungkung bumi.
Rumah kaca inilah yang akan memantulkan sebagian panas dari bumi kembali lagi ke bumi sehingga bumi dan atmosfer menjadi hangat. Bila hal itu terus berlanjut, dunia terancam mengalami pemanasan global. Gambaran awal mengenai bagaimana dampak pemanasan global akan menimpa bumi dan segenap isinya dapat dilihat pada gambar 5.1 :
1.       Panas matahari sebagian diserap oleh bumi sebesar 160 watt/m2 dan memanasi bumi.
2.       Panas matahari sebagian dipantulkan kembali ke atmosfer.
3.       Panas matahari sebagian dipantulkan oleh bumi dan diteruskan oleh atmosfer.
4.       Panas matahari sebagian dipantulkan kembali oleh GRK (Gas Rumah Kaca) sebesar 30 watt/m2 ke bumi dan menjadikan bumi, atmosfer dan lingkungan jadi panas.
Mudah-mudahan melalui gambar tersebut di atas, pembaca memahami apa yang dimaksud dengan efek rumah kaca dan pengaruhnya terhadap lingkungan hidup.


ISI

Penyebab Pemanasa Global karena Aktivitas Manusia
               
Secara tidak langsung, manusia ikut andil dalam pemanasan global, melalui gas rumah kaca yang timbul akibat aktivitas manusia sendiri. Beberapa aktivitas manusia yang menghasilkan gas-gas rumah kaca adalah sebagai berikut :
1.       Transportasi
Pada kota-kota besar, terutama kota dengan lalu lintas padat memiliki kegiatan industrinya, dapat dipastikan udara dalam lingkungannya sudah tercemar. Pencemaran udara yang dikeluarkan dari kegiatan tersebut berupa :
-          Karbon monoksida (CO)
-          Nitrogen oksida (NOx)
-          Belerang oksida (SOx)
-          Hidrokarbon (HC)
-          Partikel dan lain-lain.
Gambaran kuntitatif komponen pencemar tersebut dapat dilihat pada table  yang merupakan data pencemaran udara yang terjadi di Amerika Serikat. Data yang digunakan adalah data yang diambil dari Amerika Serikat karena Amerika Serikat merupakan Negara yang paling banyak menyumbang gas rumah kaca di dunia.
Tabel.  Jumlah komponen pencemar udara (juta ton / tahun)
Sumber pencemaran
CO
NOx
SOx
HC
Partikel
Total
Transportasi
63.8
8.1
0.8
16.6
1.2
90.5
Industri
9.7
0.2
7.3
4.6
7.5
29.3
Pembuangan Sampah
7.8
0.6
0.1
1.6
1.1
11.2
Pembakaran stasioner
1.9
10.0
24.4
0.7
8.9
45.9
Lain-lain
16.9
1.7
0.6
8.5
9.6
37.3
Table tersebut di atas, tampak bahwa jumlah kuantitatif komponen pencemaran udara yang berasal dari aktivitas manusia berupa transportasi adalah sebesar 90.5 juta ton/tahun. Gas CO bias berubah menjadi gas CO2 bila bertemu dengan oksigen yang dapat terbanyak di atmosfer bumi dengan mengikuti reaksi :
2 CO  +  O2   →    2 CO2   →     gas rumah kaca


Gambar. Terminal Amurang

1.       Industri
Aktivitas industri berdampak sangat luas terhadap perekonomian suatu Negara sehingga banyak Negara di dunia meningkatkan kesejahteraan rakyatnya melalui pengembangan industri, termasuk Indonesia.


Semua aktivitas industri yang melibatkan penggunaan bahan bakar fosil (batubara, minyak bumi dan gas bumi), terutama sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik yang diperlukan dalam indutri, dapat dipastikan akan ikut menambah emisi gas rumah kaca. Pembentukan rumah kaca dalam proses ini sama dengan yang terjadi pada alat transportasi, yaitu :

2CxHy  +  (2x + 0,5y) O2    →    2xCO2  +  yH2O

Reaksi tersebut pada proses pembakaran sempurna. Pada pembakaran tak sempurna reaksi yang terjadi mengikuti persamaan berikut :

2CxHy  +  (x + 0,5y) O2    →    2xCO2  +  yH2O

Gas CO yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen yang ada di udara lingkungan menjadi gas CO2 dengan mengikuti reaksi berikut :
2 CO  +  O2   →    2 CO2   →     gas rumah kaca
Jadi, melalui pembakaran sempurna maupun tak sempurna, bahan bakar fosil akan terbakar dan menghasilkan gas CO2 yang merupakan gas rumah kaca.
Adapun lubang ozon terbentuk karena reaksi foto dekomposisi oleh energi sinar ultraviolet sebagai berikut :
Cl2F2C  +  sinar ultraviolet   →     ClF2C  +  Cl* (radikal)        (1)
O3 (ozon)  +  Cl* (radikal)    →    ClO  +  O2                                                (2)
ClO  +  0,5O2     →     Cl  +  O2                                                          (3)
Reaksi (2) tersebut diatas adalah reaksi terjadinya lubang ozon yang meloloskan sinar ultraviolet menembus atmosfer bumi sehingga bumi menjadi panas. Selanjutnya, pada reaksi (3) adalah reaksi ikatan yang menghasilkan atom Cl yang termasuk ke dalam kelompok halogen yang bersifat reaktif. Dalam kelompok halogen, reaktivitas atom Cl cukup tinggi, menempati urutan kedua setelah reaktivitas atom Flour. Ada kemungkinan bahwa atom Cl yang reaktif tersebut akan semakin reaktif saat terkena sinar ultraviolet karena atom Cl berubah menjadi radikal Cl*, seperti yang terjadi pada reaksi (1). Reaksi lapisan ozon akan berlanjut sebagai berikut :
Cl  +  sinar ultraviolet    →   Cl*                     (4)
O3   +   Cl*     →    O2  +  ClO                             (5)
Reaksi (5) tersebut diatas adalah reaksi kerusakan lapisan ozon tahap kedua, sedangkan kerusakan lapisan ozon tahap ketiga diakibatkan adanya Nitrogen Oksida dalam lapisan atmosfer. Reaksi kerusakan lapisan ozon tahap ketiga didahului oleh reaksi foto dekomposisi oleh energi ultraviolet terhadap ozon itu sendiri. Reaksi tahap ketiga adalah sebagai berikut :
O3  +  sinar ultraviolet     →    O2  +   O                       (6)
Kemudian, atom O yang terbentuk pada reaksi (6) akan bereaksi lebih lanjut dengan molekul Clo, sebagai berikut :
ClO  +  O   →   Cl         +   O2                             (7)
+
Cl     +  O2   →  ClO      +   O2                            (8)                                     
O     +   O →     2O3                                          (9)
Reaksi (9) sebenarnya adalah reaksi pembentukan ozon alamiah, tetapi hanya bersifat “sementara” karena ozon yang baru terbentuk akan bereaksi lagi :
ClO  +  NO   →   Cl         +   NO2                      (10)
+
O3     +  Cl   →  ClO      +   O2                            (11)                                   
O3     +   NO    →     NO2   +    O2                      (12)
Reaksi (12) adalah kerusakan lapisan ozon tahap ketiga, yaitu reaksi adanya NO di atmosfer yang dipicu oleh keberadaan CFC yang terdapat ke lapisan stratosfer bumi.

1.       Pembuangan Sampah
Apabila tidak dikelola dengan baik, sampah yang pada umunya berasal dari limbah organic yang merupakan “antropogenic waste” akan mengalami degradasi dan terurai menjadi gas methan (CH4). Gas CH4 adalah gas rumah kaca yang bisa menyebabkan timbulnya efek rumah kaca yang berpotensi menjadi penyebab pemanasan global.


Mekanisme penguraian sampah yang berasal dari limbah organic menjadi gas CH4, mirip dengan proses pembusukan sampah secara alamiah, yaitu penguraian secara anaerobik :


                                                (dekomposisi)
Sampah/limbah organic → → → → →   gas CH4  +  gugus NH3  (amin)
 

                                                (anaerobik)                        (timbul bau busuk)
                                                                      Gas rumah kaca

Selain menghasilkan gas CH4, pembuangan sampah akhir yang hanya memikirkan kebersihan dan estetika lingkungan, juga menghasilkan gugus amin yang menghasilkan bau busuk. Bau busuk justru akan merusak estetika dan kenyamanan lingkungan. Oleh karena itu, pembuangan sampah harus ditinjau kembali dengan menggantinya menggunakan convertion system agar tidak ada gas CH4 dan gugus amin yang terlepas ke atmosfer. Sampah (limbah organik) yang berasal dari aktivitas manusia atau “antropogenic waste” bisa diproses dengan “convertion system”. Perbedaan antara penguraian secara anaerobic dan secara aerobic adalah sebagai berikut:

No.
Proses Aerobik
Proses Anaerobik
1.
C   →   CO2 (gas rumah kaca)
C   →   CH4 (gas rumah kaca)
2.
N   →   NH3   +   HNO3
N   →   gugus NH3 (amin)
3.
S   →   H2SO4
S   →   H2S
4.
P   →   H3PO4
P   →   PH3   +   komponen fosfor

Dari kedua proses penguraian tersebut maka proses yang relatif “lebih baik” adalah penguraian melalui proses aerobic, dengan alasan sebagai berikut:
1.       Pada proses anaerobic gas rumah kaca yang dihasilkan adalah CH4, yang mempunyai potensi penyebab efek rumah kaca lebih kuat dari pada gas CO2, yaitu 21 kali gas CO2.
2.       Pada proses anaerobic timbul gugus NH3 (gugus amin) yang berbau anyir (amis) dan gas H2S yang berbau busuk.
Atas dasar kedua alasan tersebut di atas penguraian sampah/limbah organik yang sudah terjadi melalui proses aerobic dijaga agar tidak berubah menjadi peruraian melalui proses anaerobic, dengan cara mengontrol asupan oksigen untuk terjadinya proses aerobic.
4.       Pembakaran Stasioner
Pembakaran stasioner sebagai bagian aktivitas manusia adalah pembakaran bahan bakar fosil yang pada umumnya digunakan untuk bahan bakar pembangkit sumber daya listrik. Pembangkit sumber daya listrik ini digunakan untuk berbagai keperluan manusia, antara lain listrik untuk keperluan rumah tangga, untuk keperluan industri dan untuk keperluan transportasi.
Mekanisme gas rumah kaca yang timbul dari pembakaran stasioner, mirip dengan mekanisme timbulnya gas rumah kaca pada aktivitas transportasi dan industri yang menggunakan bahan bakar fosil. Selain bahan bakar fosil, pembakaran stasioner menggunakan kayu juga menghasilkan emisi gas CO2 sehingga emisi gas CO2 ke atmosfer semakin tinggi. Pembakaran stasioner menggunakan kayu memberikan emisi gas CO2 yang relatif lebih tinggi daripada pembakaran stasioner yang menggunakan bahan bakar fosil.

Dampak terhadap Hidrosfer

                Hidrosfer berasal dua akar kata bahasa Yunani, yaitu hidro yang berarti air dan spheira yang berarti bulat. Dampak pemanasan global terhadap hidrosfer sebenarnya terkait juga dengan dampak terhadap atmosfer. Seperti sudah dijelaskan di muka, dampak pemanasan global mengakibatkan reaksi saling memengaruhi terhadap atmosfer, hidrosfer, geosfer dan biosfer.
                Dampak terhadap hidrosfer merupakan rangkaian dari dampak terhadap atmosfer, antara lain berupa kenaikan suhu atmosfer yang menyebabkan es di kutub meleleh, terutama lapisan es yang ada di Kutub Selatan. Mengapa demikian? Mungkin pembaca masih ingat adanya lubang ozon karena termakan oleh terlepasnya gas rumah kaca CH4 dan CFC. Lubang ozon yang sudah tampak melebar ada di atas Kutub Selatan dan bergerak kea rah katulistiwa yang menyebabkan tambahan kenaikan suhu atmosfer di sekitar Kutub Selatan. Hal ini menjadi penyebab es di Kutub Selatan lebih banyak yang meleleh dibandingkan dengan es yang ada di Kutub Utara.
                Apa akibat pelelehan es di kutub, terutama es yang ada di Kutub Selatan, terhadap hidrosfer? Apakah ada dampaknya terhadap manusia? Jawabannya tegas dan jelas, ya, manusia turut terkena dampaknya. Dampak pelelehan es kutub terhadap hidrosfer, antara lain berupa:
1.       Luas daratan kutub (terutama Kutub Selatan) berkurang
2.       Tinggi permukaan air laut, kadar garam dan suhu air laut berubah
3.       Permukaan air tanah berubah
4.       Penjelasan lebih lanjut mengenai dampak tersebut di atas dapat diikuti secara garis besar melalui uraian berikut ini.

1.       Luas Daratan Kutub Berkurang
Seperti diketahui, wilayah Kutub Utara dan Kutub Selatan terutama terdiri atas lapisan es yang semula adalah air laut yang membeku dari laut Arktik yang menjadi “daratan” Kutub Utara dan laut Antartika yang menjadi “daratan” Kutub Selatan. Jadi, daratan atau pulau atau bukit yang ada di kedua Kutub tersebut adalah lapisan es yang tampak mengapung di atas permukaan laut Arktik dan laut Antartika. Bagian yang tampak mengapung menjadi daratan tersebut hanya sebagian kecil dari bongkahan es raksasa. Bagian yang tak tampak berada di dalam laut dan jauh lebih besar dari pada yang tampak mengapung menjadi daratan. Bagian yang mengapung tersebut hanya  10% dari keseluruhan bongkahan es raksasa. Dengan demikian, kapal laut harus hati-hati saat menjumpai bongkahan es mengapung di laut dan berupaya menghindarinya. Menabrak bonkahan es bisa berakibat fatal bagi kapal. Kapal dapat pecah dan tenggelam, seperti yang terjadi pada kapal pesiar supermewah “Titanic” pada saat pelayaran pertamnya dari Eropa menuju ke America. Titanic tenggelam karena menabrak bongkahan es yang mengapung di samudra Antartika.


Daratan di kutub, baik yang berupa pulau es maupun bukit es, pada saat ini sudah banyak yang longsor dan mencair atau meleleh menjadi air. Akibat mencairnya es di kutub tersebut adalah terbentuknya pulau-pulau mini berupa “serpihan” pulau es atau “serpihan” bukit es yang terpisah dari induk daratan es semula. Serpihan-serpihan pulau es tersebut pada akhirnya akan mencair dan habis atau hilang menyatu menjadi air laut. Serpihan-serpihan pulau es mencair lebih cepat karena terbawa arus ke Samudra Atlantik dan Samudra Pasifik yang suhu air lautnya lebih hangat dari pada suhu air Laut Arktik dan suhu air Laut Antartika.
Dengan penjelasan tersebut diatas, mudah dipahami mengapa daratan es di kutub menjadi berkurang luasnya. Dengan kata lain, luas daratan es kutub menjadi lebih sempit. Oleh karena daratan es di kutub merupakan habitat atau tempat tinggal orang-orang Eskimo, burung penguin, beruang kutub, singa laut, dan habitat sejenis lumut yang hanya hidup di dearah kutub, maka ekosistem berubah dan ini jelas akan berpengaruh terhadap kehidupan penguin habitat tersebut.

1.       Tinggi Permukaan Air Laut, Kadar Garam, dan Suhu Air Laut Berubah

Perubahan fisik air laut berupa tinggi permukaan air laut, kadar garam, dan suhu air laut berubah karena pemanasan global. Perubahan tersebut jelas terkait dengan melelehnya es di Kutub Utara dan Kutub Selatan. Es yang meleleh menjadi air tersebut sudah barang tentu menambah volume air laut, sehingga permukaan air laut akan naik.




Selain itu, kadar garam air laut berubah menjadi lebih rendah dari kadar semula. Perubahan kadar garam air laut jelas akan berpengaruh terhadap ikan, udang dan biota laut lainnya. Adapaun perubahan suhu air laut juga ada hubungannya dengan pelelehan es di Kutub Utara dan Kutub Selatan. Perubahan suhu air laut dan juga kadar garam air laut akan menyebabkan perubahan arah arus air laut yang membawa plankton dan perubahan ini tentu akan berpengaruh pada kehidupan ikan, udang dan biota lainnya.

1.       Tinggi Air Permukaan Berubah
Bila Anda menggali sumur maka air sumur yang Anda dapatkan adalah air permukaan. Bila anda membuat sumur lebih dalam lagi, misalnya dengan pengeboran tanah sampai kedalaman kurang lebih 120 m, maka air yang didapatkan adalah air tanah. Permukaan air tanah letaknya lebih dalam dari pada air permukaan, sekitar 10 – 15 m. Air permukaan digunakan untuk kegiatan rumah tangga, sedangkan air tanah diperuntukkan bagi kegiatan industri, pabrik, hotel, kompleks perkantoran, dan lain sebagainya.


Air permukaan dalam hal ini sangat dipengaruhi oleh adanya pemanasan global. Pemanasan global, seperti sudah dibahas di muka, menyebabkan suhu atmosfer meningkat sehingga kebakaran hutan mudah terjadi yang berakibat pada meluasnya tanah gundul dan gersang menyebabkan menurunnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menyimpan air hujan sehingga air permukaan makin sulit dicapai karena makin dalam letaknya. Keadaan ini yang menjadi penyebab sumur rumah tangga jadi kering. Bukan hanya sumur rumah tangga, kemungkinan besar debit mata air di kaki gunung dan sungai yang berhulu di mata air juga akan berkurang atau mengering. Apabila hal ini terjadi maka sawah yang mengandalkan pengairan dari sungai tersebut akan mengalami kekeringan dan gagal panen pasti akan terjadi. Akibat selanjutnya jelas, bencana kekeringan dan kelaparan mengancam umat manusia.

Penanggulangan Pemanasan Global

1.       Pemanenan GRK CH4


Pada saat ini pembuangan sampah organik yang ditampung di tempat pembuangan akhir sampah yang aka mengalami proses pembusukan secara alamiah. Proses pembusukan sampah organik tersebut akan mengeluarkan gas methan yang merupakan bagian dari gas rumah kaca. Mengingat hal tersebut, hasil panen gas CH4 tersebut kemudian bisa disalurkan untuk kepentingan rumah tangga atau keperluan lain sebagai pengganti bahan bakar.
        Limbah organik dimasukkan ke dalam digester dari sebelah kanan, kemudian mengalami proses dekomposisi tanpa udara menghasilkan CH4. Sekat di dalam digester akan memisahkan gas CH4, Untuk mempercepat proses dekomposisi dan juga terbentuknya CH4, ke dalam limbah organik dimasukkan bakteri methanorganik.

1.       Pemanfaatan Limbah Menjadi Pupuk Organik
Limbah organik yang dihasilkan manusia cukup banyak dan bila tidak dimanfaatkan maka akan mengalami proses pembusukan atau dekomposisi yang menghasilkan gas CH4. Agar tidak menghasilkan gas CH4, pemanfaatan limbah organik harus dilakukan dengan proses aerobik sehingga gas yang keluar ialah gas CO2. Daya potensi gas CH4 menyebabkan efek rumah kaca sendiri lebih kuat kira-kira 21 kali dari gas CO2. Atas penjelasan tadi, pemanfaatan limbah organik menjadi pupuk organik harus dilakukan dengan proses aerobic. Pemakaian pupuk organik jauh lebih baik jauh lebih baik daripada pupuk anorganik. Untuk mempercepat proses dekomposisi, ke dalam limbah organik diberi bakteri pengurai yang sering disebut Effective Microorganisme (EM).


1.       Penghijauan Lahan Gundul
Penghijauan lahan gundul adalah bagian dari usaha konservasi alam atau pelestarian alam yang telah rusak akibat ulah manusia. Penghijauan lahan gundul diharapkan dapat mengurangi bencana yang diakibatkan oleh pemanasan global. Penghijauan tanah gundul berdampak antara lain pada:
1.       Mengurangi bencana tanah longsor untuk daerah perbukitan dan mengurangi abrasi laut untuk daerah lahan pantai.
2.       Menahan dan menyeimbangkan permukaan air tanah, serta menahan intrusi air laut.
3.       Memelihara keanekaragaman hayati
4.       Menaikkan kadar oksigen dalam udara lingkungan yang nantinya akan menambah lapisan ozon.
Pepohonan → pepohonan (daun)   → menaikkan kadar oksigen
Daun   +   foto sintesis (asimilasi)       → O2
O2   +   Sinar UV                                         → O   +   O
O2   +   O                                                       → O3 (ozon)
O3 di atmosfer                                           → Memperkecil lubang ozon


4.       Penggantian Bahan Bakar
Seperti sudah dijelaskan, pemakaian bahan bakar fosil akan menghasilkan gas CO yang pada akhirnya akan menjadi gas rumah kaca berupa gas CO2.
a.       Energi Air
Penggunaan energi berdasarkan alasan-alasan berikut:
-          Energi air merupakan energi yang terbarukan dan tidak menimbulkan pencemaran lingkungan
-          Energi air dapat digunakan sebagai energi potensial pembangkit tenaga listrik dan dimanfaatkan bersama dengan pengembangan irigasi untuk pertanian, pencegahan dan pengendalian banjir, pengembangan dan budidaya ikan, pengembangan wisata air dan penyeimbang air tanah atau permukaan.


a.       Energi Pasang Surut
Energi pasang surut sebenarnya termasuk juga energi air, hanya saja airnya berasal dari peristiwa perubahan permukaan air sungai atau laut, karena peristiwa alami pasang dan surut. Peristiwa air pasang dan surut itu sendiri berasal dari gaya tarik bulan yang berputar mengelilingi bumi, sehingga secara fisis air “ditarik” ke atas oleh gaya gravitasi bulan.



b.      Energi Gelombang Laut
Menurut pengamatan ahli energi kelautan, tinggi gelombang laut yang beraturan dengan selang waktu tertentu, merupakan modal untuk pasokan energi yang dapat menggerakkan generator listrik.



c.       Energi Panas Laut
Laut, apabila diperhatikan, ternyata banyak mengandung energi yang bisa dimanfaatkan dan diubah menjadi tenaga listrik. Laut yang luas permukaannya melebihi luas daratan, kira-kira 2/3 luas permukaan bumi, menerima panas dari matahari. Air laut pada permukaan mempunyai panas sekitar 25oC-30oC, sedangkan air laut pada kedalaman sekitar 500 m mempunyai suhu antara 5-7oC. Perbedaan suhu antara air laut yang ada di permukaan dan di dalam kurang lebih 20oC dapat dipakai sebagai modal awal penggerak berdasarkan prinsip termodinamika. Berdasarkan prinsip tersebut perbedaan panas (suhu) air laut dapat digunakan untuk “membuat uap” yang dapat menggerakkan generator listrik.



d.      Energi Angin
Mengingat adanya energi yang terkandung dalam angin, para ahli ketenagaan berusaha untuk mengubah energi angin menjadi energi listrik. Bila diubah menjadi energi listrik, sudah barang tentu akan lebih banyak lagi manfaatnya yang bisa diperoleh dari energi angin ini.



e.      Energi Panas Bumi
Energi panas bumi adalah energi atau panas yang keluar dari perut bumi melalui uap panas yang keluar melalui celah-celah kerak bumi. Inti bumi yang berupa magma mempunyai panas yang sangat tinggi. Megma ini juga sering disebut batuan cair yang sangat panas dan memanasi kerak bumi yang ada diatasnya. Air hujan yang jatuh ke bumi akan meresap melalui celah bebatuan kerak bumi sampai pada kedalaman 10 – 15 km. Air hujan yang meresap tersebut akan dipanasi oleh kerak bumi yang mendapat panas awal dari magma. Manakala air hujan yang telah dipanasi tersebut dapat keluar ke permukaan bumi, setelah terbebas dari tekanan kulit bumi, setelah terbebas dari tekanan kulit bumi, maka air panas tersebut akan keluar sebagai air atau uap panas yang menyembur dari celah-celah bebatuan. Air atau uap panas yang keluar seperti air mancur disebut geyser, atau bisa juga berupa uap panas yang disebut fumarole, atau bisa juga berupa lumpur panas. Apabila di tempat keluarnya air atau uap panas dilakukan pengeboran sampai pada kedalaman “reservoir” tempat sumber air atau uap panas, air atau uap panas tersebut akan dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga panas bumi.



f.        Energi Panas Matahari
Manusia sudah sejak lama memanfaatkan energi panas matahari untuk mendukung kehidupannya, baik secara sederhana misalnya untuk penjemur padi dan mengawetkan bahan makanan, maupun secara modern misalnya dengan memanfaatkan solar cell untuk menyimpan panas yang diubah menjadi tenaga listrik arus searah. Solar cell atau sel photovoltaic adalah diode semikonduktor yang dapat menghasilkan tenaga listrik antara 0,5-1 volt. Tegangan listrik yang dihasilkan tergantung pada intensitas sinar (radiasi) matahari yang datang dan juga pada bahan semikonduktor yang dipakai.


  
g.       Energi Nuklir
Energi nuklir pada saat ini dikatakan sebagai energi terbaik penganti energi fosil karena panas (energi) yang dihasilkan dari reaksi inti terhadap uranium di reactor nuklir sangat besar. Dari perhitungan energi yang dihasilkan dari reaksi inti U235, diperoleh suatu kesetaraan energi yang dibandingkan dengan energi bahan bakar fosil sebagai berikut:
1 gram uranium = 2,5 ton batubara = 17.500 liter minyak bumi





DAFTAR PUSTAKA

-          Wardhana, W. A. 2010. Dampak pemanasan global. Yogyakarta: C.V ANDI ODDSET


-          http://portal.ristek.go.id/news.php?page_mode=detail&id=586 (Diakses: Minggu, 4 Maret 2012, Pukul 20.00 WITA)


-          http://www.mediaindonesia.com/webtorial/klh/?ar_id=NzMwNA== (Diakses: Minggu, 4 Maret 2012, Pukul 20.00 WITA)


-          http://www.kaskus.us/showthread.php?t=7559861 (Diakses: Minggu, 4 Maret 2012, Pukul 20.00 WITA)

-          http://www.ceriwis.us/showthread.php?p=928113 (Diakses: Minggu, 4 Maret 2012, Pukul 20.00 WITA)



-          http://octamainblog.wordpress.com/tag/energi-angin/ (Diakses: Minggu, 4 Maret 2012, Pukul 20.00 WITA)

-          http://aanddianto.wordpress.com/2010/11/09/energi-panas-bumi-geothermal-energy/ (Diakses: Minggu, 4 Maret 2012, Pukul 20.00 WITA)

-          http://jendelascience.blogspot.com/2011/01/pembangkit-listrik-perangkap-panas.html (Diakses: Minggu, 4 Maret 2012, Pukul 20.00 WITA)

-          http://konversi.wordpress.com/2010/01/26/mengapa-tidak-mencoba-untuk-berpikir-tentang-pltn/ (Diakses: Minggu, 4 Maret 2012, Pukul 20.00 WITA)



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa di follow and coment ya Gan ... :)