Sabtu, 01 Oktober 2011

Asesmen Pendidikan

ASESMEN

Pengertian Asesmen Menurut Beberapa Ahli:

  • Roberth M. Smith (2002). Asesmen adalah suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hasil keputusannya dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran.1
  • James A. Mc. Lounghlin & Rena B. Lewis. Asesmen adalah proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi tersebut guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realitas sesuai dengan kenyataan objektif.
  • • Bomstein dan Kazdin (1985). Asesmen ialah mengidentifikasi masalah dan menyeleksi target intervensi, memilih dan mendesain program treatmen, mengukur dampak treatmen yang diberikan secara terus menerus, mengevaluasi hasil-hasil umum dan ketepatan dari terapi.
  • Lidz (2003). Asesmen adalah proses pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil psikologis anak yang meliputi gejala dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami kelebihan dan kelemahannya, serta peran penting yang dibutuhkan anak.2
  • Jonathan Mueller. Penilaian merupakan bagian integral dari pengajaran dan pembelajaran. Ketika penilaian terletak di dalam kelas, ia memiliki nilai yang paling langsung. Ini adalah mengapa penilaian tidak dapat dipisahkan dari instruksi. Dengan penilaian yang baik kita dapat meningkatkan instruksi, dan dengan instruksi goog kita bisa meningkatkan pencapaian semua siswa.3
  • Weeden, Winter, dan Broadfoot: 2002; Bott: 1996; Nitko: 1996; Mardapi: 2004. Penilaian didefinisikan sebagai proses pengumpulan informasi tentang kinerja siswa, untuk digunakan sebagai dasar dalam membuat keputusan.4
  • Mardapi (2004). Penilaian dan pembelajaran adalah dua kegiatan yang saling mendukung, upaya peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilakukan melalui upaya perbaikan sistem penilaian.5
  • Herman et al., 1992:95; Po-pham, 1995:3. Asesmen dalam pembelajaran adalah suatu proses atau upaya formal pengumpulan informasi yang berkaitan dengan variabel-variabel penting pembelajaran sebagai bahan dalam pengambilan keputusan oleh guru un-tuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa.6
       Penilaian berdasarkan definisi diatas memberi penekanan pada usaha yang dilakukan guru maupun siswa untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan pembelajaran yang mereka lakukan yang dapat dijadikan sebagai umpan balik untuk melakukan perubahan aktivitas bealajar mengajar yang lebih baik dari sebelumnya.7


Tujuan penilaian:

  1. Membantu belajar siswa
  2. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa
  3. Menilai efektifitas strategi pengajaran
  4. Menilai dan meningkatkan efektifitas program kurikulum
  5. Menilai dan meningkatkan efektifitas pengajaran
  6. Menyediakan data yang membantu dalam membuat keputusan
  7. Komunikasi dan melibatkan orang tua siswa

Kegiatan penilaian dalam proses pembelajaran harus diarahkan pada 4 hal8:

  1. Penelusuran, untuk menelusuri kesesuaian proses pembelajaran dengan yang direncanakan.
  2. Pengecekan, untuk mencari informasi tentang kekurangan-kekurangan pada peserta didik selama pembelajaran.
  3. Pencarian, untuk mencari penyebab kekurangan yang muncul selama proses pembelajaran.
  4. Penyimpulan, untuk menyimpulkan tingkat pencapaian belajar yang telah dimiliki peserta didik.

Tujuan Asesmen menurut beberapa ahli:
1. Menurut Robb9
   Tujuan Asesmen:
- Untuk menyaring dan mengidentifikasi anak
- Untuk membuat keputusan tentang penempatan anak
- Untuk merancang individualisasi pendidikan
- Untuk memonitor kemajuan anak secara individu
- Untuk mengevaluasi kefektifan program

2. Menurut Sumardi & Sunaryo (2006)
  Tujuan Asesmen:
- Memperoleh data yang relevan, objektif, akurat dan komprehensif tentang kondisi anak saat ini
- Mengetahui profil anak secara utuh terutama permasalahan dan hambatan belajar yang dihadapi, potensi yang dimiliki,   kebutuhan-kebutuhan khususnya, serta daya dukung lingkungan yang dibutuhkan anak
- Menentukan layanan yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan khususnya dan memonitor kemampuannya.

3. Menurut Salvia dan Yesseldyke (1988)10
  Tujuan Asesmen:
- Penyaringan (screening)
- Pengalihtanganan (referal)
- Klasifikasi (classification)
- Perencanaan Pembelajaran (instructional planning)
- Pemantauan kemjuan belajar anak (monitoring pupil progress)
Asesmen dilakukan untuk mengetahui keadaan anak pada saat tertentu (Waktu dilakukan asesmen) baik potensi-potensinya maupun kelemahan-kelemahan yang dimiliki anak sebagai bahan untuk menyusun suatu program pembelajaran sehingga dapat melakukan layanan / intervensi secara tepat.

4. Menurut Popham (1995)11
  Tujuan Asesmen:
- Mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar
- Memonitor kemajuan siswa,menentukan jenjang kemampuan siswa
- Menentukan efektivitas pembelajaran
- Mempengaruhi persepsi publik tentang efektivitas pembelajaran
- Mengevaluasi kinerja guru kelas,mengklarifikasi tujuan pembelajaran yang dirancang guru

Penilaian sering disamakan dan bingung dengan evaluasi, tetapi dua konsep yang berbeda. Penilaian digunakan untuk menentukan apa yang siswa tahu atau bisa lakukan, sedangkan evaluasi digunakan untuk menentukan nilai atau nilai dari kursus atau program. Data penilaian efek kemajuan siswa, penempatan, dan nilai, serta keputusan tentang strategi pembelajaran dan kurikulum (Herman & Knuth, 1991). Evaluasi sering memanfaatkan data penilaian bersama dengan sumber daya lain untuk membuat keputusan tentang merevisi, mengadopsi, atau menolak kursus atau program.12

Apakah ada pertanyaan mengenai Penilaian?
• Mana saya mulai? Pertama dan terpenting, desain Anda item tes harus didasarkan pada hasil siswa yang Anda cari. Langkah pertama dalam merancang penilaian yang berkualitas adalah harus menganalisis situasi belajar Anda dengan menguraikan tujuan dan sasaran, kemudian menentukan jenis hasil pembelajaran tersebut mewakili (misalnya, konsep menghafal, menganalisa data, sumber daya sintesis, dll).
• Apa jenis item tes yang tersedia dan kapan saya harus menggunakannya? Bagian ini menguraikan pro dan kontra dari jenis item tes yang berbeda, dan membantu Anda memilih jenis item yang sesuai berdasarkan hasil yang diinginkan belajar Anda. Tips untuk menulis pilihan ganda efektif dan pertanyaan benar-salah juga disediakan.
• Haruskah saya kelas penilaian saya pada kurva lonceng, atau itu ok jika semua siswa saya mendapatkan "A"? Bagian ini membantu membedakan antara norma-direferensikan tes kompetitif dan kriteria-referenced tes keahlian untuk membantu Anda menentukan tujuan yang paling sesuai untuk penilaian Anda.
• Bagaimana saya bisa menganalisis tes diselesaikan untuk menentukan ketepatan dan efektivitas? Uji diagnostik seperti analisis item dapat membantu Anda merevisi dan mengembangkan penilaian yang lebih baik.
Apa alat pengujian yang tersedia untuk online desain kuis atau rubrik untuk kelas atau kinerja kelompok? Teknologi Pendidikan memfasilitasi penilaian fakultas dengan mendukung berbagai alat untuk mengembangkan tes online atau di kelas.13
Penilaian memilki peran yang sangat penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran, oleh karena itu perlu dirancang dan didesain sedemikian rupa sehingga penilain tersebut memberikan makna bagi setiap orang yang terlibat didalamnya. Setidaknya ada 3 hal yang perlu diperhatikan sehingga penilaian menjadi bermakna yaitu ketika penilaian14:
• Memilki ciri secara signifikan
• Memilki kriteria, prosedur, dan rubrik yang jelas dan dipahami oleh semua pemangku kepentingan (stakeholder)
• Memberikan hasil-hasil yang menyediakan arah/ petunjuk yang jelas untuk peningkatan kualitas pengajaran dan belajar.15

Perlunya Standar Penilaian
Dapatkah penilaian meningkatkan standar? Jawaban singkat dari pertanyaan ini adalah ya, dapat. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara signifikan menggunakan penilaian untuk belajar (assessment for learning) lebih efektif bagi guru dalam memperbaiki kualitas pembelajaran. Penilaian juga harus berperan sebagai suatu sarana untuk meningkatkan kualitas belajar setiap siswa. Adapun suatu kejelasan dan hubungan tak terpisahkan antara penilaian, kurikulum, dan pembelajaran.16
Darling Hammond (1994) berpendapat bahwa usaha untuk menaikan standar pelajaran dan prestasi harus bertolak pada perubahan strategi penilaian. Kemudian pernyataan tersebut diperkuat kembali oleh Wedeen, Winter, dan Broad Fott (2002) bahwa penggunaan penilaian dalam pembelajaran secara signifikan lebih efektif bagi guru dalam memperbaikai kualitas pembelajaran.
Agar penilaian berfungsi dengan baik, maka sangat perlu untuk meletakan standar, yang akan menjadi dasar dan pijakan bagi guru dan praktisi pendidikan dalam melakukan kegiatan penilaian. Oleh karena itu, ada beberapa pihak yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan kegiatan ini, yaitu:
Peran guru
Sebagian besar tanggung jawab dalam menerapkan standar penilaian terletak pada tangan guru yang menjadi pelaksana digaris depan. Oleh karena itu, guru perlu memahami dengan baik standar yang ada, memahami pentingnya penilaian yang berkelanjutan, dan perlu mengetahui posisi strategis mereka, sehingga guru mampu meningkatkan praktik penilaian dalam kelas, merencanakan kurikulum, mengembangkan potensi diri siswa, laporan kemajuan dan perkembangan siswa, dan memahami cara pengajaran mereka sendiri.
Peranan guru dalam penilaian lebih efektif jika mampu memanfaatkan informasi hasil penilaian melalui umpan balik. Umpan balik merupakan sarana bagi guru dan siswa untuk mengetahui sejauh mana kemajuan pembelajaran yang telah dilakukan. Seperti yang dikemukakan dalam QCA (2003) yang mengatakan bahwa feedback is the means by which teacher enable children to close the gap in order to take learning forward and improve children’s performance, berdasarkan definisi tersebut, tampak bahwa umpan balik merupakan suatu alat yang dapat digunakan oleh guru, yang memungkinkan siswa dapat belajar lebih baik dan meningkatkan kinerjanya.
Croks (2001) menyimpulkan dari hasil reviuw literatur tentang umpan balik dan hubungannya dengan motivasi siswa menyimpulkan bahwa manfaat umpan balik agar dapat memotivasi siswa, maka harus fokus pada:
- Kualitas kerja anak-anak, dan bukan pada membandingkan dengan anak-anak lain.
- Cara-cara spesifik dimana pekerjaan anak dapat ditingkatkan
- Peningkatan pekerjaan anak harus dibandingkan dengan pekerjaan sebelumnya.17

Dalam merencanakan dan memberikan umpan balik terhadap pekerjaan siswa, Clarke (2003) menyarankan 6 prinsip yaitu18:
• Umpan balik harus fokus pada tugas-tugas tujuan pembelajaran dan bukan membandingkan dengan anak yang lain.
• Bahasa yang verbal dan non verbal dari guru, memberikan pesan yang baik pada anak tentang kemampuan mereka.
• Penilaian setiap bagian pekerjaan mengarah pada penurunan moril bagi yang mencapai prestasi rendah dan kepuasan bagi prestasi yang tinggi.
• Penghargaan eksternal sama seperti grades.
• Perlu memberikan umpan balik spesifik yang fokus pada kesuksesan dan peningkatan dari pada mengoreksi.
• Anak-anak perlu kesempatan untuk membuat peningkatan atas pekerjaan mereka.
Prinsip yang dikemukakan oleh Clarke tersebut, memberikan penekanan bahwa dalam memberikan umpan balik, seorang guru harus fokus pada kualitas pekerjaan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Di samping itu, guru perlu menghindari membandingkan siswa satu dengan yang lainnya, karena hal tersebut dapat menurunkan dorongan, motivasi, dan minat bagi siswa yang memperoleh nilai rendah.
Hargreaves, McCallum dan Gipps (Clarke, 2003) dalam penelitian tentang strategi yang digunakan oleh guru dalam memberikan umpan balik, menemukan dua strategi yaitu strategi approval dan disapproval. Strategi non-verbal untuk menyatakan approval meliputi guru mengangguk, kontak mata, tersenyum, tertawa, meletakan suatu lengan tangan di sekitar atau menepuk anak dan menerima suatu cara lembut untuk dapat dicapai. Sedangkan strategi non-verbal untuk menyatakan disapproval meliputi memalingkan muka, menatap dengan tajam, clicking, fingers or making disapproval noises.
Catatan akhir yang menekankan kompleksitas pemberian umpan balik didapatkan dari penelitian yang dikutip sebelumnya dalam buku ini, yang mendapati bahwa pemberian pujian saja tidak akan meningkatkan prestasi. Umpan balik yang efektif adalah yang ditujukan untuk meningkatkan prestasi, yang nantinya akan membantu rasa percaya diri. Upaya meningkatkan kepercayaan diri dan harapan bahwaini akan meningkatkan prestasi, tidak akan begitu berhasil.19

Boud (1995), memberikan panduan bagi guru dalam memberikan umpan balik pada siswa yaitu20:
- Realistik
- Spesifik
- Sensitif terhadap tujuan yang bersangkutan
- Tepat waktu
- Jelas
- Tidak menghakimi
- Tidak membanding membandingkan
- Tekun
- Terus terang
- Positif
- Hati–hati
Untuk dapat memaksimalkan peranannya guru dituntut memiliki profesional yang tinggi. Ada lima hal yang harus dimiliki oleh guru agar dapat dikatakan profesional yaitu:
• Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya
• Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarkannya pada siswa
• Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi
• Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya
• Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesi
Sebagai kesimpulan dari uraian yang diatas, setidaknya ada lima hal peranan dalam penilaian, yaitu guru sebagi mentor, petunjuk jalan, akuntan, reporter, dan direktur program. Kelima hal tersebut dikaitkan dengan tujuan penilaian dapat dielaborasi dalam seperti yang di rangkum pada Tabel berikut.21
Peranan Tujuan
Guru sebagai monitoring Memberikan umpan balik dan bantuan kepada setiap siswa
Guru sebagai petunjuk jalan Mengumpulkan informasi untuk diagnostik kelompok siswa melalui pekerjaan yang telah dikerjakan.
Guru sebagai akuntan Memperbaiki dan memelihara catatan prestasi dan kemajuan siswa
Guru sebagai reporter Melaporkan pada orang tua, siswa, dan pengurus sekolah tentang prestasi dan kemajuan siswa
Guru sebagai direktur program Membuat keputusan dan revisi praktik pengajaran

Peranan Siswa
Keikutsertaan siswa di dalam proses penilaian menjadi penting apabila standar yang digunakan biasa diwujudkan untuk semua siswa. Brown (1994) menekankan unsur strategis agar senantiasa sadar akan kekuatan dan kelemahan dengan mengatakan bahwa “para siswa berhasil menjalankan yang terbaik apabila mereka memiliki pemahaman yang mendalam akan kelebihan dan kelemahan mereka sendiri dan akses dalam menyusun strategi untuk belajar”.22
Mengambil bagian dalam penilaian berarti memberikan peluang kepada para siswa untuk merefleksikan apa yang mereka pelajari dengan membuat rangkaian yang jelas dalam isi dan pikiran. Sehingga diharapkan mereka menemukan sendiri kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam menetapkan tahapan belajar selanjutnya yang lebih baik.
Dalam suatu percobaan di dua kelas ilmu sains suatu sekolah menengah di Amerika, White dan Frederiksen (1998) melaporkan bahwa terjadi peningkatan prestasi siswa dalam kelas, dimana dikembangkan kemampuan berpikir melalui penilaian diri. Penilaian diri merupakan sarana bagi guru untuk memberikan tanggung jawab kepada siswa untuk belajar dari apa yang telah mereka kerjakan dan apa yang akan mereka kerjakan.
Rudd dan Gunstone (1993) mengidentifikasi beberapa keuntungan yang diperoleh dengan perlibatan siswa dalam proses penilaian diri yaitu:
• Mengembangkan kemampuan siswa untuk merencanakan dan berpikir menyeluruh menyangkut hasil dan ketrampilan mereka
• Menciptakan kesadaran siswa akan pentingnya menilai pekerjaan mereka sendiri
• Mengembangkan kemampuan siswa untuk saling mengevaluasi penilaian diri satu sama lain asalkan kritik membangun
• Mengembangkan kemampuan siswa dalam mengatur sumber daya dan waktu secara lebih efektif.

Peranan sekolah
Sekolah merupakan pusat kegiatan belajar-mengajar dalam proses pendidikan. Baik buruknya kualitas pendidikan dapat dilihat dari tingkat kualitas sekolah. Sekolah merupakan induk kegiatan pembelajaran yang secara otomatis merupakan induk kegiatan penilaian.
Sekolah sebagai suatu institusi yang menaungi semua aktivitas belajar-mengajar, memiliki peranan yang sangat besar dalam upaya melakukan reformasi penilaian, yang memihak pada bagaimana para siswa dapat memperoleh nilai tambah dalam proses pendidikan.
Peran sekolah menciptakan suatu kondisi (kultur) yang kondusif sehingga kegiatan penilaian dapat berjalan sesuai dengan fungsi dan tujuannya.
Peranan sekolah dalam upaya membentuk siswa menjadi manusia yang berkualitas melalui penilaian digambarkan secara gambling oleh Stenberg, (1996), yang mengatakan:
…sekolah mempengaruhi intelegensi dengan beberapa cara, yang paling terkenal yaitu dengan penyampaian informasi…23
Sejalan dengan pendapat Stenberg tersebut, Wedeen Winter, dan Broadfoot, (2002), melaporkan bahwa sekolah merupakan tempat dimana para siswa diarahkan agar dapat meningkatkan kualitas belajar mereka, dengan mengatakan: “mempromosikan pembelajaran anak-anak merupakan tujuan utama sekolah. Penilaian merupakan jantung dari proses tersebut. Proses tersebut dapat menyediakan lingkup kerja dimana tujuan pendidikan dapat dibentuk dan kemudian para murid dapat ditabelkan dan dinyatakan. Hasil pemantauan tersebut dapat menghasilkan suatu dasar untuk merencanakan langkah selanjutnya dalam merespon kebutuhan anak-anak. Hal tersebut menjada satu-kesatuan dari proses pendidikan, secara terus menerus menyediakan ‘feedback and feed foorward’. Oleh karena itu, hal tersebut perlu disatukan secara sistematis dengan strategi dan praktik mengajar pada semua tingkat”.24
Siswa Menjadi Pembelajar Yang Lebih Baik
Dukungan sekolah dan para guru untuk lebih memihak pada kebutuhan siswa dari pada untuk memenuhi target kurikulum akan membawa dampak pada perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran. Guru tidak lagi terburu-buru dengan target harus selesai tepat pada waktunya tanpa memperhatikan apakan siswa telah paham atau belum.
Guru lebih fokus bagaimana penilaian yang mereka terapkan dapat mengungkap permasalahan-permasalahan nyata yang dihadapi siswa mereka, dan menggunakan informasi tersebut untuk membantu para siswa menjadi pembelajar yang lebih baik. Siswa akan merasa tertantang dan termotivasi untuk terus memperbaiki diri, baik memperbaiki cara dan strategi belajar maupun dalam kaitan dengan perilaku, harapan dan cita-cita mereka.
Penilaian dan Motivasi Belajar Siswa
Motivasi tingkat individu, terdapat komponen penting dari belajar dan penting bagi para guru untuk memahami motivasi para murid yang terkait dengan penilaian, harga diri dan umpan balik. Black, (1998), mengutip penelitian Sylva (1994) bahwa anak-anak pada dasarnya tergolong ke dalam dua kategori, yaitu:
Anak yang cakap
Anak yang kurang cakap
Karakteristik anak yang cakap, yaitu:
Termotivasi oleh keinginan untuk belajar
Menghadapi tugas yang sulit dengan cara yang fleksibel dan reflektif
Percaya akan berhasil, percaya bahwa mereka dapat melakukannya jika mereka berusaha
Percaya bahwa kecerdasan dapat ditingkatkan
Jika melihat anak lain bekerja keras, mereka tertarik.
Karakteristik anak yang kurang cakap yaitu:
Memiliki motivasi yang biasa-biasa saja
Tampaknya menerima bahwa mereka akan gagal karena mereka tidak cukup cerdas
Percaya bahwa jika sesuatu akan terlalu sulit, tak ada yang bias mereka lakukan
Cenderung menghindari tantangan
Tidak percaya mereka dapat meningkatkan kecerdasan mereka.25

Sedangkan pendapat yang menguatkan hasil pendapat Sylva tersebut, namun kontek yang berbeda adalah muncul dari Collin Rogers (1994), menyebutkan bahwa para pelajar dapat digolongkan dalam tiga jenis motivasi, yaitu26:
Murid yang berorientasi “penguasaan” secara intrinsik tertarik untuk “tahu” akan termotivasi untuk belajar dan akan mengembangkan strategi-strategi yang membantu mereka untuk melakukan hal tersebut
Murid yang berorientasi “kinerja”
Murid yang berorientasi kinerja peduli dengan tugas dan lebih peduli dengan tampak baik-baik saja, jadi meningkatkan harga diri mereka. Hal ini dapat mengurangi motivasi mereka dalam keadaan tertentu dan karena itulah mereka tidak ingin terlihat gagal.

Reformasi dalam Penilaian
Untuk dapat melakukan pembelajaran yang mengutamakan mendidik daripada mengajar yang hanya sekedar mengejar target kurikulum maka sistem penilaian yang sekarang dipraktikan perlu kiranya untuk diubah, yaitu orientasi penilaian bukan hanua sekedar membeli label nilai 10, 9, 8, atau lulus, tidak lulus, naik kelas, tinggal kelas dan sebagainya, tetapi lebih pada pengumpulan informasi yang berkaitan dengan misalnya kenapa siswa memperoleh nilai 5? Kenapa siswa malas belajar? Kenapa siswa tidak lulus? Kemudian informasi tersebut harus digunakan dan dimanfaatkan untuk memodifikasi strategi dan teknik pengajaran sesuai dangan kebutuhan nyata dari para siswa.27
Penilaian pendidikan adalah proses mendokumentasikan, biasanya dalam hal terukur, pengetahuan, keterampilan, sikap dan keyakinan. Penilaian dapat fokus pada peserta secara individual, masyarakat belajar (kelas, lokakarya, atau kelompok terorganisasi lainnya peserta didik), lembaga, atau sistem pendidikan secara keseluruhan. Menurut Bursa Triwulanan Akademik: "Studi yang bersifat teoritis atau empiris (termasuk studi kasus, studi portofolio, eksplorasi, atau pekerjaan eksperimental) menyikapi penilaian bakat pelajar dan persiapan, motivasi dan gaya belajar, hasil belajar dalam prestasi dan kepuasan dalam konteks pendidikan yang berbeda semua menyambut, seperti juga studi masalah mengatasi standar terukur dan benchmark.28
Adalah penting untuk memperhatikan bahwa tujuan akhir dan praktik penilaian dalam pendidikan tergantung pada kerangka teoritis dari praktisi dan peneliti, asumsi dan keyakinan mereka tentang sifat dari pikiran manusia, asal-usul pengetahuan dan proses pembelajaran.29

Jenis
Penilaian Istilah umumnya digunakan untuk mengacu pada semua kegiatan digunakan guru untuk membantu siswa belajar dan untuk mengukur kemajuan siswa. Meskipun gagasan tentang penilaian umumnya lebih rumit dari kategori berikut menyarankan., Penilaian sering dibagi demi kenyamanan menggunakan perbedaan sebagai berikut30:
1. formatif dan sumatif
2. obyektif dan subyektif
3. referensi (mengacu-kriteria, norma-direferensikan, dan ipsative)
4. informal dan formal.

Formatif dan sumatif
Penilaian sering dibagi ke dalam kategori formatif dan sumatif untuk tujuan mempertimbangkan tujuan yang berbeda untuk praktek penilaian.
• penilaian sumatif - penilaian sumatif umumnya dilakukan pada akhir suatu kursus atau proyek. Dalam pengaturan pendidikan, penilaian sumatif biasanya digunakan untuk menetapkan siswa kelas saja. Penilaian sumatif yang evaluatif.
• Penilaian formatif - Penilaian formatif umumnya dilakukan di seluruh kursus atau proyek. Penilaian formatif, juga disebut sebagai "penilaian edukatif," digunakan untuk membantu belajar. Dalam pengaturan pendidikan, penilaian formatif mungkin seorang guru (atau rekan) atau pelajar, memberikan umpan balik pada pekerjaan siswa, dan tidak akan selalu digunakan untuk menilai tujuan. Penilaian formatif diagnostik.

Peneliti Stake Robert pendidikan menjelaskan perbedaan antara penilaian formatif dan sumatif dengan analogi berikut:

Ketika masak selera sup, yang formatif. Ketika tamu rasa sup, yang sumatif.

Penilaian sumatif dan formatif yang sering disebut dalam konteks belajar sebagai penilaian pembelajaran dan penilaian untuk belajar masing-masing. Penilaian pembelajaran umumnya sumatif di alam dan dimaksudkan untuk mengukur hasil pembelajaran dan melaporkan hasil tersebut kepada siswa, orang tua, dan administrator. Penilaian pembelajaran umumnya terjadi pada kesimpulan, kursus semester kelas,, atau tahun akademik. Penilaian untuk belajar umumnya formatif di alam dan digunakan oleh guru untuk mempertimbangkan pendekatan untuk mengajar dan langkah-langkah berikutnya untuk pelajar individu dan kelas.31

Bentuk umum dari penilaian formatif adalah penilaian diagnostik. Penilaian diagnostik mengukur pengetahuan saat ini siswa dan keterampilan untuk tujuan mengidentifikasi program yang sesuai pembelajaran. Penilaian diri sendiri adalah bentuk penilaian diagnostik yang melibatkan siswa menilai diri mereka sendiri. Forward-looking penilaian meminta mereka yang dinilai untuk menganggap diri mereka dalam situasi hipotetis masa depan.32

Penilaian berbasis kinerja mirip dengan penilaian sumatif, karena berfokus pada prestasi. Hal ini sering sejalan dengan reformasi pendidikan berbasis standar dan hasil berbasis gerakan pendidikan. Meskipun idealnya mereka secara signifikan berbeda dari tes pilihan ganda tradisional, mereka yang paling sering dikaitkan dengan standar-berdasarkan penilaian yang menggunakan bentuk-bebas tanggapan terhadap pertanyaan-pertanyaan standar yang dicetak oleh pencetak gol terbanyak manusia pada pertemuan berbasis standar, skala, jatuh di bawah, atau melebihi standar kinerja bukannya peringkat pada kurva. Sebuah tugas yang jelas diidentifikasi dan siswa diminta untuk membuat, menghasilkan, atau melakukan sesuatu, sering dalam pengaturan yang melibatkan aplikasi dunia nyata pengetahuan dan keterampilan. Kemahiran itu ditunjukkan dengan memberikan respon diperpanjang. Format kinerja lebih lanjut dibedakan menjadi produk dan penampilan. Kinerja dapat menghasilkan produk, seperti lukisan, portofolio, kertas, atau pameran, atau dapat terdiri dari kinerja, seperti pidato, keterampilan atletik, pertunjukan musik, atau membaca.

Obyektif dan subyektif

Penilaian (baik formatif sumatif atau) sering dikategorikan sebagai objektif atau subjektif. Tujuan penilaian adalah bentuk pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar tunggal. Penilaian subyektif adalah bentuk pertanyaan yang mungkin memiliki lebih dari satu jawaban yang benar (atau lebih dari satu cara untuk mengungkapkan jawaban yang benar). Ada berbagai jenis pertanyaan obyektif dan subyektif. Tujuan meliputi jenis pertanyaan jawaban benar / salah, pilihan ganda, multiple-respon dan pertanyaan yang cocok. Pertanyaan subjektif termasuk diperpanjang-respon pertanyaan dan esai. Tujuan penilaian sangat cocok untuk format penilaian semakin populer komputerisasi atau online.

Beberapa berpendapat bahwa perbedaan antara penilaian obyektif dan subyektif tidak berguna dan tidak akurat karena dalam kenyataannya, tidak ada hal seperti penilaian "obyektif". Bahkan, semua penilaian diciptakan dengan bias-bias yang melekat dibangun ke dalam keputusan tentang materi subjek yang relevan dan konten, serta budaya (kelas, etnis, dan gender) bias.33

Dasar perbandingan

Hasil tes dapat dibandingkan terhadap kriteria mapan, atau terhadap kinerja siswa lain, atau terhadap kinerja sebelumnya34:

Kriteria penilaian-direferensikan, biasanya menggunakan kriteria-direferensikan tes, seperti namanya, terjadi ketika calon diukur terhadap kriteria yang ditetapkan (dan objektif). Kriteria penilaian-direferensikan sering, namun tidak selalu, digunakan untuk membentuk kompetensi seseorang (apakah s / dia bisa melakukan sesuatu). Contoh yang paling terkenal dari kriteria-direferensikan penilaian tes mengemudi, ketika driver didik diukur terhadap berbagai kriteria yang jelas (seperti "Tidak membahayakan pengguna jalan lainnya").

Norm-referenced penilaian (bahasa sehari-hari dikenal sebagai "penilaian pada kurva"), biasanya menggunakan norma-direferensikan tes, tidak diukur terhadap kriteria yang ditetapkan. Jenis penilaian adalah relatif terhadap mahasiswa yang melakukan penilaian. Hal ini secara efektif cara membandingkan siswa. Tes IQ adalah contoh yang paling terkenal dari mengacu-norma penilaian. Banyak tes masuk (untuk sekolah bergengsi atau universitas) yang mengacu-norma, memungkinkan tetap proporsi siswa untuk lulus ("lewat" dalam konteks ini berarti diterima ke sekolah atau universitas daripada tingkat eksplisit kemampuan). Ini berarti bahwa standar dapat bervariasi dari tahun ke tahun, tergantung pada kualitas kohort; mengacu-kriteria penilaian tidak berbeda dari tahun ke tahun (kecuali perubahan kriteria).

Ipsative penilaian diri adalah perbandingan baik dalam domain yang sama dari waktu ke waktu, atau perbandingan ke domain lain dalam siswa yang sama.

Informal dan formal

Penilaian dapat berupa formal maupun informal. Penilaian formal biasanya menyiratkan sebuah dokumen tertulis, seperti tes, kuis, atau kertas. Sebuah penilaian formal diberi skor numerik atau kelas berdasarkan kinerja siswa, sedangkan penilaian informal tidak berkontribusi pada nilai akhir siswa seperti ini copy dan pertanyaan diskusi disisipkan. Sebuah penilaian informal biasanya terjadi dengan cara yang lebih santai dan dapat meliputi observasi, persediaan, daftar, skala rating, rubrik, penilaian kinerja dan portofolio, partisipasi, rekan dan evaluasi diri, dan diskusi.35

Internal dan eksternal

Penilaian internal diatur dan ditandai oleh sekolah (seperti guru). Siswa mendapatkan tanda dan umpan balik tentang penilaian. Eksternal penilaian ditetapkan oleh badan pemerintahan, dan ditandai oleh personel non-bias. Dengan penilaian eksternal, siswa hanya menerima tanda. Oleh karena itu, mereka tidak tahu bagaimana mereka benar-benar dilakukan (yaitu yang pertanyaan mereka dijawab dengan benar).36

Standar kualitas

Secara umum, penilaian berkualitas tinggi dianggap mereka dengan tingkat kehandalan yang tinggi dan validitas.

Keandalan

Keandalan berkaitan dengan konsistensi penilaian. Sebuah penilaian yang dapat dipercaya adalah salah satu yang secara konsisten mencapai hasil yang sama dengan kohort (atau serupa) yang sama dari siswa. Berbagai faktor mempengaruhi keandalan-termasuk pertanyaan yang ambigu, terlalu banyak pilihan dalam kertas pertanyaan, instruksi menandai samar-samar dan spidol kurang terlatih. Secara tradisional, keandalan penilaian didasarkan pada berikut:

1. Stabilitas temporal: Kinerja tes adalah sebanding pada dua atau lebih kesempatan terpisah.
2. Formulir kesetaraan: Kinerja di antara peserta ujian yang setara pada berbagai bentuk tes berdasarkan konten yang     sama.
3. Konsistensi internal: Tanggapan pada suatu tes yang konsisten di seluruh pertanyaan.

Keandalan juga dapat dinyatakan dalam istilah matematis sebagai: Rx = VT / Vx mana Rx keandalan dalam skor (test) diamati, X; Vf dan Vx adalah variabilitas dalam 'benar' (yaitu, kinerja bawaan kandidat) dan uji diukur skor masing-masing. Para Rx dapat berkisar dari 0 (benar-benar tidak bisa diandalkan), untuk 1 (benar-benar dapat diandalkan). Sebuah Rx dari 1 jarang dicapai, dan Rx dari 0,8 umumnya dianggap dapat diandalkan.

Keabsahan

Suatu penilaian yang valid adalah salah satu yang mengukur apa yang dimaksudkan untuk mengukur. Sebagai contoh, tidak akan valid untuk menilai kemampuan mengemudi melalui tes tertulis saja. Cara yang lebih valid menilai keterampilan mengemudi akan melalui kombinasi tes yang membantu menentukan apa driver tahu, seperti melalui tes tertulis mengemudi pengetahuan, dan apa driver yang mampu melakukan, seperti melalui penilaian kinerja aktual mengemudi. Guru sering mengeluh bahwa beberapa pemeriksaan tidak benar menilai silabus yang di atasnya pemeriksaan didasarkan, mereka, secara efektif, mempertanyakan keabsahan ujian.37

Validitas penilaian umumnya diukur melalui pemeriksaan bukti dalam kategori berikut38:

1. Konten - Apakah isi dari ukuran tes menyatakan tujuan?
2. Kriteria - Jangan skor berkorelasi dengan referensi luar? (Ex: Apakah skor tinggi pada tes membaca kelas 4 secara akurat memprediksi keterampilan membaca di kelas masa depan?)
3. Membangun - Apakah penilaian sesuai dengan variabel penting lainnya? (Ex: Apakah ESL siswa konsisten melakukan berbeda pada ujian menulis dari penutur asli bahasa Inggris?)
4. Wajah - Apakah item atau teori masuk akal, dan itu tampaknya benar untuk pembaca ahli?

Sebuah penilaian yang baik memiliki kedua validitas dan reliabilitas, ditambah atribut kualitas lainnya dicatat di atas untuk konteks tertentu dan tujuan. Dalam praktek, penilaian jarang benar-benar valid atau benar-benar dapat diandalkan. Seorang penguasa yang ditandai salah akan selalu memberikan (salah) pengukuran yang sama. Hal ini sangat handal, tapi tidak sangat valid. Meminta individu acak untuk memberitahu waktu tanpa melihat jam atau arloji kadang-kadang digunakan sebagai contoh dari penilaian yang berlaku, namun tidak dapat diandalkan. Jawaban akan bervariasi antara individu, tetapi jawaban rata-rata mungkin dekat dengan waktu yang sebenarnya. Dalam berbagai bidang, seperti penelitian medis, pengujian pendidikan, dan psikologi, akan sering trade-off antara kehandalan dan validitas. Sebuah tes sejarah yang ditulis untuk validitas tinggi akan memiliki banyak esai dan isi-in-the-blank pertanyaan. Ini akan menjadi ukuran baik penguasaan subjek, tetapi sulit untuk benar-benar skor akurat. Sebuah tes sejarah tertulis untuk keandalan tinggi akan menjadi pilihan ganda seluruhnya. Hal ini tidak baik untuk mengukur pengetahuan tentang sejarah, tetapi dengan mudah dapat mencetak dengan presisi besar. Kita bisa mengeneralisasi dari ini. Perkiraan kita lebih dapat diandalkan adalah dari apa yang kita dimaksudkan untuk mengukur, yang kurang tertentu kita bahwa kita benar-benar mengukur aspek pencapaian. Hal ini juga penting untuk dicatat bahwa setidaknya ada tiga belas sumber cacat, yang dapat diperkirakan bagi siswa individu dalam situasi tes. Mereka tidak pernah berada. Mungkin ini karena tujuan sosial mereka menuntut adanya kesalahan, dan kesalahan validitas biasanya sangat tinggi sehingga mereka akan mengguncang industri keseluruhan penilaian.

Hal ini juga untuk membedakan antara validitas "subjek-materi" dan "prediktif" validitas. Mantan, digunakan secara luas dalam pendidikan, memprediksi nilai mahasiswa akan mendapatkan pada tes yang sama tetapi dengan pertanyaan yang berbeda. Yang terakhir, digunakan secara luas di tempat kerja, memprediksi kinerja. Dengan demikian, subjek-materi-sah tes pengetahuan aturan mengemudi yang sesuai sementara tes predictively-yang valid akan menilai apakah pengemudi potensial dapat mengikuti aturan-aturan.39

RANGKUMAN

Asesmen adalah proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi tersebut guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realitas sesuai dengan kenyataan objektif. Penilaian merupakan bagian integral dari pengajaran dan pembelajaran. Ketika penilaian terletak di dalam kelas, ia memiliki nilai yang paling langsung. Ini adalah mengapa penilaian tidak dapat dipisahkan dari instruksi. Dengan penilaian yang baik kita dapat meningkatkan instruksi, dan dengan instruksi yang baik kita bisa meningkatkan pencapaian semua siswa. Penilaian dan pembelajaran adalah dua kegiatan yang saling mendukung, upaya peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilakukan melalui upaya perbaikan sistem penilaian.
Penilaian berdasarkan definisi diatas memberi penekanan pada usaha yang dilakukan guru maupun siswa untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan pembelajaran yang mereka lakukan yang dapat dijadikan sebagai umpan balik untuk melakukan perubahan aktivitas belajar mengajar yang lebih baik dari sebelumnya.
Kegiatan penilaian dalam proses pembelajaran harus diarahkan pada 4 hal:
5. Penelusuran, untuk menelusuri kesesuaian proses pembelajaran dengan yang direncanakan.
6. Pengecekan, untuk mencari informasi tentang kekurangan-kekurangan pada peserta didik selama pembelajaran.
7. Pencarian, untuk mencari penyebab kekurangan yang muncul selama proses pembelajaran.
8. Penyimpulan, untuk menyimpulkan tingkat pencapaian belajar yang telah dimiliki peserta didik.

Tujuan:
Tujuan penilaian:
- Membantu belajar siswa
- Menilai dan meningkatkan efektifitas pengajaran
- Menyediakan data yang membantu dalam membuat keputusan
- Komunikasi dan melibatkan orang tua siswa
- Untuk menyaring dan mengidentifikasi anak
- Untuk membuat keputusan tentang penempatan anak
- Untuk merancang individualisasi pendidikan
- Untuk memonitor kemajuan anak secara individu
- Untuk mengevaluasi kefektifan program
- Mengevaluasi kinerja guru kelas,mengklarifikasi tujuan pembelajaran yang dirancang guru

Penilaian memilki peran yang sangat penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran, oleh karena itu perlu dirancang dan didesain sedemikian rupa sehingga penilain tersebut memberikan makna bagi setiap orang yang terlibat didalamnya. Setidaknya ada 3 hal yang perlu diperhatikan sehingga penilaian menjadi bermakna yaitu ketika penilaian14:
• Memilki ciri secara signifikan
• Memilki kriteria, prosedur, dan rubrik yang jelas dan dipahami oleh semua pemangku kepentingan (stakeholder)
• Memberikan hasil-hasil yang menyediakan arah/ petunjuk yang jelas untuk peningkatan kualitas pengajaran dan belajar.

Jenis
Penilaian Istilah umumnya digunakan untuk mengacu pada semua kegiatan digunakan guru untuk membantu siswa belajar dan untuk mengukur kemajuan siswa. Meskipun gagasan tentang penilaian umumnya lebih rumit dari kategori berikut menyarankan., Penilaian sering dibagi demi kenyamanan menggunakan perbedaan sebagai berikut30:
1. formatif dan sumatif
2. obyektif dan subyektif
3. referensi (mengacu-kriteria, norma-direferensikan, dan ipsative)
4. informal dan formal.

Formatif dan sumatif
Penilaian sering dibagi ke dalam kategori formatif dan sumatif untuk tujuan mempertimbangkan tujuan yang berbeda untuk praktek penilaian.
• penilaian sumatif - penilaian sumatif umumnya dilakukan pada akhir suatu kursus atau proyek. Dalam pengaturan pendidikan, penilaian sumatif biasanya digunakan untuk menetapkan siswa kelas saja. Penilaian sumatif yang evaluatif.
• Penilaian formatif - Penilaian formatif umumnya dilakukan di seluruh kursus atau proyek. Penilaian formatif, juga disebut sebagai "penilaian edukatif," digunakan untuk membantu belajar. Dalam pengaturan pendidikan, penilaian formatif mungkin seorang guru (atau rekan) atau pelajar, memberikan umpan balik pada pekerjaan siswa, dan tidak akan selalu digunakan untuk menilai tujuan. Penilaian formatif diagnostik.

Obyektif dan subyektif

Penilaian (baik formatif sumatif atau) sering dikategorikan sebagai objektif atau subjektif. Tujuan penilaian adalah bentuk pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar tunggal. Penilaian subyektif adalah bentuk pertanyaan yang mungkin memiliki lebih dari satu jawaban yang benar (atau lebih dari satu cara untuk mengungkapkan jawaban yang benar). Ada berbagai jenis pertanyaan obyektif dan subyektif. Tujuan meliputi jenis pertanyaan jawaban benar / salah, pilihan ganda, multiple-respon dan pertanyaan yang cocok. Pertanyaan subjektif termasuk diperpanjang-respon pertanyaan dan esai. Tujuan penilaian sangat cocok untuk format penilaian semakin populer komputerisasi atau online

Referensi
Kriteria penilaian-direferensikan, biasanya menggunakan kriteria-direferensikan tes, seperti namanya, terjadi ketika calon diukur terhadap kriteria yang ditetapkan (dan objektif). Kriteria penilaian-direferensikan sering, namun tidak selalu, digunakan untuk membentuk kompetensi seseorang (apakah s / dia bisa melakukan sesuatu). Contoh yang paling terkenal dari kriteria-direferensikan penilaian tes mengemudi, ketika driver didik diukur terhadap berbagai kriteria yang jelas (seperti "Tidak membahayakan pengguna jalan lainnya").

Informal dan formal

Penilaian dapat berupa formal maupun informal. Penilaian formal biasanya menyiratkan sebuah dokumen tertulis, seperti tes, kuis, atau kertas. Sebuah penilaian formal diberi skor numerik atau kelas berdasarkan kinerja siswa, sedangkan penilaian informal tidak berkontribusi pada nilai akhir siswa seperti ini copy dan pertanyaan diskusi disisipkan. Sebuah penilaian informal biasanya terjadi dengan cara yang lebih santai dan dapat meliputi observasi, persediaan, daftar, skala rating, rubrik, penilaian kinerja dan portofolio, partisipasi, rekan dan evaluasi diri, dan diskusi.

DAFTAR PUSTAKA


  1. http://unsilster.com/2009/12/pengertian-asesmen/ (11 September 2011, 20.00 WITA)
  2. Ibid
  3. http://www.masbied.com/search/contoh-asesmen-pembelajaran-matematika (11 September 2011, 20.00 WITA)
  4. http://sarkomkar.blogspot.com/2009/12/peranan-penilaian-dalam-pembelajaran.html (11 September 2011, 20.00 WITA)
  5. Ibid
  6. Sumber: http://smpsetianegara.wordpress.com/2010/06/07/pengertian-evaluasi-pengukuran-tes-dan-penilaian-assessment/ (4 September 2011, 13.00 WITA)
  7. (7) http://sarkomkar.blogspot.com/2009/12/komponen-evaluasi-pendidikan-makalah.html (11 September 2011, 20.00 WITA)
  8. Ibid
  9. Sumber: http://unsilster.com/2009/12/pengertian-asesmen/ (11 September 2011, 20.00 WITA)
  10. Ibid
  11. http://smpsetianegara.wordpress.com/2010/06/07/pengertian-evaluasi-pengukuran-tes-dan-penilaian-assessment/ (4 September 2011, 13.00 WITA)
  12. http://www.edtech.vt.edu/edtech/id/assess/assess.html (11 September 2011, 20.00 WITA)
  13. Ibid
  14. http://sarkomkar.blogspot.com/2009/12/peranan-penilaian-dalam-pembelajaran.html (11 September 2011, 20.00 WITA)
  15. Ibid
  16. http://sarkomkar.blogspot.com/2009/12/peranan-penilaian-dalam-pembelajaran.html (11 September 2011, 20.00 WITA)
  17. Ibid
  18. http://sarkomkar.blogspot.com/2009/12/peranan-penilaian-dalam-pembelajaran.html (11 September 2011, 20.00 WITA)
  19. Ibid
  20. http://sarkomkar.blogspot.com/2009/12/peranan-penilaian-dalam-pembelajaran.html (11 September 2011, 20.00 WITA)
  21. Ibid
  22. http://sarkomkar.blogspot.com/2009/12/peranan-penilaian-dalam-pembelajaran.html (11 September 2011, 20.00 WITA)
  23. Ibid
  24. http://sarkomkar.blogspot.com/2009/12/peranan-penilaian-dalam-pembelajaran.html (11 September 2011, 20.00 WITA)
  25. Ibid
  26. http://sarkomkar.blogspot.com/2009/12/peranan-penilaian-dalam-pembelajaran.html (11 September 2011, 20.00 WITA)
  27. Ibid
  28. http://en.wikipedia.org/wiki/Educational_assessment (11 September 2011, 20.00 WITA)
  29. Ibid
  30. http://en.wikipedia.org/wiki/Educational_assessment (11 September 2011, 20.00 WITA)
  31. Ibid
  32. http://en.wikipedia.org/wiki/Educational_assessment (11 September 2011, 20.00 WITA)
  33. Ibid
  34. http://en.wikipedia.org/wiki/Educational_assessment (11 September 2011, 20.00 WITA)
  35. Ibid
  36. http://en.wikipedia.org/wiki/Educational_assessment (11 September 2011, 20.00 WITA)
  37. Ibid
  38. http://en.wikipedia.org/wiki/Educational_assessment (11 September 2011, 20.00 WITA)
  39. Ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa di follow and coment ya Gan ... :)